PR/1_4/12[3-6/16/091018].

By: Yusni Tria Yunda.

Pikiran Rakyat Daily News.

"[Rupiah Tertekan Obligasi Amerika Serikat.
Nusa Dua, (PR).-
     Menjelang penyelenggaraan pertemuan tahunan IMF dengan Bank Dunia di Bali, dolar AS semakin perkasa terhadap rupiah hingga menembus Rp. 15.200 per dolar AS, pada Senin (8/10/2028). Pelemahan rupiah ditenggarai disebabkan oleh kenaikan imbal hasil obligasi AS.
     Menanggapi hal itu, Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan; imbal hasil obligasi AS meningkat tajam di atas 3,4%. Fenomena ini sebelumnya tidak terprediksi dan menunjukkan dinamika ekonomi Amerika Serikat yang masih sangat dominan.
     "Kalau dulu treshold psikologisnya 10 tahun bonds AS 3%, jadi pas mereka nendekati 3% memunculkan apa yang disebut reaksi dari seluruh nilai tukar dan suku bunga internasional. Sekarang (imbal hasilnya) sudah lewat 3%," ujar dia saat ditemui di tengah perhelatan Pertemuan Tahunan IMF-Bank Dunia di Nusa Dua, Bali, Senin (8/10/2018).
     Dia mengatakan, Indonesia menghadapi dampak kenaikan suku bunga The Fed yang sudah pasti terjadi. Kebijakan tersebut bahkan bisa lebih cepat dari yang diperkirakan sebelumnya. Fleksibilitas nilai tukar merupakan bagi dari respons global yang masih berjalan tersebut.
     "Oléh karena itu, harus dilakukan penyesuaian di dalam strategi pembangunan supaya lebih stabil atau lebih berdaya tahan, penyesuaian itu juga dalam bentuk nilai tukar yang dalam hal ini fleksibel," ujar Sri.
     Di sisi lain, Sri mengatakan, pihaknua akan melakukan koordinasi dengan BI untuk menyelaraskan kebijakan fiskal dan moneter.
     "Jadi kami dengan BI akan terus melakukan policy mix yang ada domain BI dalam mengelola nilai tukar dan makro prudensial," ujar dia.

Tertinggi sejak 2011
     Sementara itu, ekonom Samuel Aset Manajemen Lana Soelistianingsih mengatakan, naiknya imbal hasil untuk obligasi pemerintah AS dengan tenor 10 tahun naik menjadi 3,22%, tertinggi sejak Mei 2011," paparnya seperti dikutip dari kantor berita Antara.
     Ia mengemukakan, naiknya imbal hasil obligasi AS itu seiring respons pelaku pasar terhadap turunnya angka pengangguran di Amerika Serikat untuk bulan September menjadi 3,7%.
     Meskipun demikian, ia mengatakan, kemungkinan Bank Indonesia akan menjaga fluktuasi rupiah sehingga menahan tekanan lebih dalam. Diproyeksikan, rupiah akan bergerak di kisaran antara Rp. 15 180-Rp.15 190 per dolar AS.
     Analis senior CSA Research Institute Reza Priyambada mengatakan tren naiknya harga minyak mentah dunia dan kembali turunnya cadangan devisa turut nempengaruhi pergerakan rupiah.
     "Indonesia memerlukan dolar AS untuk ekspor minyak, kondisi itu akan menggerus cadangan devisa semakin banyak," katanya. (Tia Dwitiani Komalasari)***"]".

Komentar

Postingan Populer