Kecepatan Menulis (4).
Oléh: Yusni Tria Yunda.
Aku mulai dengan membuat tabel terlebih dahulu di atas kopian SB yang telah kusiapkan dari Prologue Ayah & Adè.
" . |
. Setelah menulis hingga kata ini (saat ini), penulis telah menghabiskan durasi waktu 42 menit lebih 30 detik. Hal ini disebabkan oléh kebelumbiasaan penulis dalam mengédit/menulis dalam Modeu HTML. 😁. |
Secara étika: sedangkan berita tersebut telah pernah diketik oléh penulis dalam blog ini juga, dalam salahsatu postingan, maka cara yang ditempuh adalah dengan mendownloadnya terlebih dahulu, apabila hendak dituangkan hasil kopiannya di dalam postingan ini agar dapat diterjemahkan ke dalam bahasa - bahasa lain oléh Translate Google, yaitu dari alamat: https://fbndt.blogspot.com/2019/01/pr14123-616091018.html?m=1 . |
Setelah didownload, barulah lebih mantap apabila dikopikan ke dalam postingan lain, meskipun, secara kepemilikan tenaga, pengetikan ulang tersebut adalah dilakukannya oléh diri sendiri. Lebih étis seperti ini kiranya.
Tentu saja, sehubungan terjemahan dilajukan berdasarkan pembacaan program terjemahan terhadap kata - kata yang ada dalam blogspot, baik dalam Modeu HTML, ataupun dalam modeu "Compose", bukan menerjemahkan kata - kata yang ada dalam bentuk gambar.
Jadi, bagaimana caranya agar dapat diterjemahkan oléh Translater Google?.
Ya, harus diketik ulang dalam postingan. Sambil melakukan pengukuran durasi waktu yang diperlukan guna menuliskannya. Kemudian barulah Ayah dan Abang dapat membandingkannya dengan rumusan SNI.
Jadi, dikopikannya bukan langsung dari sumbernya, melainkan membeli terlebih dahulu jasa Google dalam "penitipan" fail di "tent", atau 'ténda'nya, dengan cara melakukan download sumber. Setelah itu, dipastekan ke dalam postingan baru.
Kenapa?.
.
Berikut adalah hasil kopian dari downloadan yang telah penulis lakukan:
"
Kenapa?.
.
"
Pikiran Rakyat Daily News.
"[Rupiah Tertekan Obligasi Amerika Serikat.
Nusa Dua, (PR).-
Menjelang penyelenggaraan pertemuan tahunan IMF dengan Bank Dunia di Bali, dolar AS semakin perkasa terhadap rupiah hingga menembus Rp. 15.200 per dolar AS, pada Senin (8/10/2028). Pelemahan rupiah ditenggarai disebabkan oleh kenaikan imbal hasil obligasi AS.
Menanggapi hal itu, Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan; imbal hasil obligasi AS meningkat tajam di atas 3,4%. Fenomena ini sebelumnya tidak terprediksi dan menunjukkan dinamika ekonomi Amerika Serikat yang masih sangat dominan.
"Kalau dulu treshold psikologisnya 10 tahun bonds AS 3%, jadi pas mereka nendekati 3% memunculkan apa yang disebut reaksi dari seluruh nilai tukar dan suku bunga internasional. Sekarang (imbal hasilnya) sudah lewat 3%," ujar dia saat ditemui di tengah perhelatan Pertemuan Tahunan IMF-Bank Dunia di Nusa Dua, Bali, Senin (8/10/2018).
Dia mengatakan, Indonesia menghadapi dampak kenaikan suku bunga The Fed yang sudah pasti terjadi. Kebijakan tersebut bahkan bisa lebih cepat dari yang diperkirakan sebelumnya. Fleksibilitas nilai tukar merupakan bagi dari respons global yang masih berjalan tersebut.
"Oléh karena itu, harus dilakukan penyesuaian di dalam strategi pembangunan supaya lebih stabil atau lebih berdaya tahan, penyesuaian itu juga dalam bentuk nilai tukar yang dalam hal ini fleksibel," ujar Sri.
Di sisi lain, Sri mengatakan, pihaknua akan melakukan koordinasi dengan BI untuk menyelaraskan kebijakan fiskal dan moneter.
"Jadi kami dengan BI akan terus melakukan policy mix yang ada domain BI dalam mengelola nilai tukar dan makro prudensial," ujar dia.
Menjelang penyelenggaraan pertemuan tahunan IMF dengan Bank Dunia di Bali, dolar AS semakin perkasa terhadap rupiah hingga menembus Rp. 15.200 per dolar AS, pada Senin (8/10/2028). Pelemahan rupiah ditenggarai disebabkan oleh kenaikan imbal hasil obligasi AS.
Menanggapi hal itu, Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan; imbal hasil obligasi AS meningkat tajam di atas 3,4%. Fenomena ini sebelumnya tidak terprediksi dan menunjukkan dinamika ekonomi Amerika Serikat yang masih sangat dominan.
"Kalau dulu treshold psikologisnya 10 tahun bonds AS 3%, jadi pas mereka nendekati 3% memunculkan apa yang disebut reaksi dari seluruh nilai tukar dan suku bunga internasional. Sekarang (imbal hasilnya) sudah lewat 3%," ujar dia saat ditemui di tengah perhelatan Pertemuan Tahunan IMF-Bank Dunia di Nusa Dua, Bali, Senin (8/10/2018).
Dia mengatakan, Indonesia menghadapi dampak kenaikan suku bunga The Fed yang sudah pasti terjadi. Kebijakan tersebut bahkan bisa lebih cepat dari yang diperkirakan sebelumnya. Fleksibilitas nilai tukar merupakan bagi dari respons global yang masih berjalan tersebut.
"Oléh karena itu, harus dilakukan penyesuaian di dalam strategi pembangunan supaya lebih stabil atau lebih berdaya tahan, penyesuaian itu juga dalam bentuk nilai tukar yang dalam hal ini fleksibel," ujar Sri.
Di sisi lain, Sri mengatakan, pihaknua akan melakukan koordinasi dengan BI untuk menyelaraskan kebijakan fiskal dan moneter.
"Jadi kami dengan BI akan terus melakukan policy mix yang ada domain BI dalam mengelola nilai tukar dan makro prudensial," ujar dia.
Tertinggi sejak 2011
Sementara itu, ekonom Samuel Aset Manajemen Lana Soelistianingsih mengatakan, naiknya imbal hasil untuk obligasi pemerintah AS dengan tenor 10 tahun naik menjadi 3,22%, tertinggi sejak Mei 2011," paparnya seperti dikutip dari kantor berita Antara.
Ia mengemukakan, naiknya imbal hasil obligasi AS itu seiring respons pelaku pasar terhadap turunnya angka pengangguran di Amerika Serikat untuk bulan September menjadi 3,7%.
Meskipun demikian, ia mengatakan, kemungkinan Bank Indonesia akan menjaga fluktuasi rupiah sehingga menahan tekanan lebih dalam. Diproyeksikan, rupiah akan bergerak di kisaran antara Rp. 15 180-Rp.15 190 per dolar AS.
Analis senior CSA Research Institute Reza Priyambada mengatakan tren naiknya harga minyak mentah dunia dan kembali turunnya cadangan devisa turut nempengaruhi pergerakan rupiah.
"Indonesia memerlukan dolar AS untuk ekspor minyak, kondisi itu akan menggerus cadangan devisa semakin banyak," katanya. (Tia Dwitiani Komalasari)***"]".
".Sementara itu, ekonom Samuel Aset Manajemen Lana Soelistianingsih mengatakan, naiknya imbal hasil untuk obligasi pemerintah AS dengan tenor 10 tahun naik menjadi 3,22%, tertinggi sejak Mei 2011," paparnya seperti dikutip dari kantor berita Antara.
Ia mengemukakan, naiknya imbal hasil obligasi AS itu seiring respons pelaku pasar terhadap turunnya angka pengangguran di Amerika Serikat untuk bulan September menjadi 3,7%.
Meskipun demikian, ia mengatakan, kemungkinan Bank Indonesia akan menjaga fluktuasi rupiah sehingga menahan tekanan lebih dalam. Diproyeksikan, rupiah akan bergerak di kisaran antara Rp. 15 180-Rp.15 190 per dolar AS.
Analis senior CSA Research Institute Reza Priyambada mengatakan tren naiknya harga minyak mentah dunia dan kembali turunnya cadangan devisa turut nempengaruhi pergerakan rupiah.
"Indonesia memerlukan dolar AS untuk ekspor minyak, kondisi itu akan menggerus cadangan devisa semakin banyak," katanya. (Tia Dwitiani Komalasari)***"]".
Komentar
Posting Komentar